Foto : Google |
Alkisah,
pada suatu hari di pulau kecil nan terpencil, tinggalah segelintir penduduk
yang hidup damai dan saling berdampingan. Di situ ada Cinta, Kesedihan,
Kekayaan, kegembiraan, Keindahan, dan lainnya. Mereka hidup berdampingan dan sangat
harmonis.
Namun
suatu ketika, tanpa sebab yang pasti datanglah serangan dari penduduk pulau lain
sehingga menggoyahkan dan menghempaskan pulau kecil tersebut. Badai nama
penduduk itu. ia bermaksud menenggelamkan pulau.
Lantaran
panik, seluruh penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri, tanpa
terkecuali. Cinta sangat terkejut lantaran ia tidak dapat berenang. Malangnya,
ia pun tak memiliki perahu. Ia berlarian ke tepi pantai sembari
berteriak-teriak meminta tolong kepada teman-temannya.
Sementara
itu air makin naik membasahi kaki Cinta. Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang
mengayuh perahu. ”Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta. ”Aduh! Maaf,
Cinta!” tutur Kekayaan. “Perahuku telah penuh sesak dengan harta bendaku. Aku
tak dapat membawa serta dirimu, aku takut perahuku ini tenggelam.“ Kemudian
Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya sehingga berlalu pergi.
Cinta
sedih sekali, namun dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. “Temanku Kegembiraan!
Kumohon Tolong aku!” teriak Cinta. Namun kegembiraan teramat gembira karena ia
menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.
Air
makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang hingga membuatnya semakin panik.
Tak berselang lama lewatlah Keindahan. “Sahabatku Keindahan! kumohon Bawa
sertalah aku bersamamu!” teriak Cinta. “Duhh, maaf Cinta, kamu basah dan dekil.
Aku tak bisa membawa serta dirimu. Aku takut kamu mengotori perahuku yang elok
ini,” tutur Keindahan.
Cinta
sedih sekali mendengarnya. Ia pun mulai menangis terisak-isak. Saat itu pulalewatlah
Kesedihan. ”Oh, Kesedihan. Alangkah senangnya aku bila kamu mau mangajakku,” pinta
Cinta memelas. ”Maaf temanku Cinta, aku benar-benar meminta maaf. Aku sedang galau
dan aku hanya ingin sendirian saja tanpa ada yang mengganggu,” balas Kesedihan
sambil terus mengayuh perahunya.
Kini Cinta
telah berputus asa. Ia tak habis pikir bahwa tidak ada seorang penduduk pulau yang
mau menolongnya, padahal selama ini ia merasa selalu hidup harmonis. Kini ia hanya
bisa pasrah meski telah merasakan air semakin naik hingga keleher dan sebentar
lagi pasti menenggelamkannya.
Di saat
kritis itulah tiba-tiba terdengar suara. ”Cinta! Mari cepat naik ke
perahuku!”Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang yang sudah sangat
tua dengan perahunya. Cepat-cepat ia naik ke perahu itu, tepat sesaat sebelum
air menenggelamkannya.
Di pulau
terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta kemudian segera pergi.
Pada
saat itu barulah Cinta menyadari mengapa orang yang tak dikenalnya justru berbaik
hati menyelamatkannya. Padahal ia sungguh-sungguh tak mengetahui apa-apa
tentang orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera bertanya kepada
seorang penduduk di pulau itu gerangan sebenarnya orang tua yang tulus menyelamatkannya.
”Oh,
orang tua tadi? Dia adalah Waktu” kata penduduk itu.
”Tapi
mengapa ia menyelamatkanku? Padahal sungguh Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman
yang mengenalku pun enggan menolongku” ungkap Cinta heran. ”Sebab” timpal
penduduk itu, ”Hanyalah Waktu Yang Memahami Nilai Dan Arti Sesungguhnya Dari Cinta,
Tak Peduli Itu Baik Ataupun Buruk”
bagus sekali untuk dibaca ceritanya kak
BalasHapusElever